***6:89***
89. Mereka itulah orang-orang yang telah Kami berikan kitab, hikmat
dan kenabian Jika orang-orang itu mengingkarinya, maka
sesungguhnya Kami akan menyerahkannya kepada kaum yang sekali-kali
tidak akan mengingkarinya.
***2:269***
269. Allah menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al
Qur'an dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan
barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah
dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang
berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).
***43:4***
4. Dan sesungguhnya Al Qur'an itu dalam induk Al Kitab (Lauh Mahfuzh)
di sisi Kami, adalah benar-benar tinggi (nilainya) dan amat banyak
mengandung hikmah.
***12:22***
22. Dan tatkala dia cukup dewasa Kami berikan kepadanya
hikmah dan ilmu. Demikianlah Kami memberi balasan kepada
orang-orang yang berbuat baik.
***2:151***
151. Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan ni'mat Kami kepadamu) Kami
telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat
Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al Kitab
dan Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu
ketahui.
Dari ayat 6:89 tersebut di atas, Allah menjanjikan kepada manusia untuk
memberikan Kitab, Hikmah dan Kenabian. KitabNya yang berupa Al Quraan,
HikmahNya adalah pemahaman-pengertian-pengetahuan yang Dia berikan, dan
Kenabian adalah petunjukNya bagi tiap diri yang mengimaninya.
Sesuai dengan ayat berikut:
***2:4***
4. dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Qur'an) yang telah
diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu
bahwa kita disuruh untuk mengimani Kitab-kitabNya. Kitab-kitab tersebut
disampaikan secara gaib berupa simbol-simbol yang dimasukkan ke dalam hati
para rasul, dan simbol-simbol tersebut disalurkan dari hati ke otak dan
lidah mereka menjadi susunan kata, yang dikenal sebagai ayat-ayat.
***43:4***
4. Dan sesungguhnya Al Qur'an itu dalam induk Al Kitab (Lauh Mahfuzh)
di sisi Kami, adalah benar-benar tinggi (nilainya) dan amat banyak
mengandung hikmah.
***26:192***
192. Dan sesungguhnya Al Qur'an ini benar-benar diturunkan
oleh Tuhan semesta alam,
***26:193***
193. dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril),
***26:194***
194. ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang
di antara orang-orang yang memberi peringatan,
Turunnya pun secara berangsur-angsur tidak sekali gus.
***17:106***
106. Dan Al Qur'an itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu
membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian
demi bagian.
***76:23***
23. Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al Qur'an kepadamu dengan
berangsur-angsur.
Wahyu yang Allah turunkan, bukan berupa simbol-simbol yang berupa tulisan di
atas kertas, sesuai dengan ayat berikut:
***6:7***
7. Dan kalau Kami turunkan kepadamu tulisan di atas kertas, lalu
mereka dapat menyentuhnya dengan tangan mereka sendiri, tentulah
orang-orang kafir itu berkata: "Ini tidak lain hanyalah sihir
yang nyata."
Wahyu tersebut diturunkan dalam simbol bahasa si penerima:
***41:44***
44. Dan jikalau Kami jadikan Al Quraan itu suatu bacaan dalam bahasa
selain Arab, tentulah mereka mengatakan: "Mengapa tidak
dijelaskan ayat-ayatnya?" Apakah (patut Al Quraan) dalam
bahasa asing sedang (rasul adalah orang) Arab? Katakanlah:
"Al Quraan itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang
mu'min. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka
ada sumbatan, sedang Al Quraan itu suatu kegelapan bagi mereka
. Mereka itu adalah (seperti) yang dipanggil dari tempat
yang jauh".
Yang demikian ini menunjukkan ke Maha Pemurahan Allah dengan memberi
kemudahan bagi rasul penerima wahyu, dengan tujuan supaya mengerti dan
mendapat pelajaran:
***44:58***
58. Sesungguhnya Kami mudahkan Al Qur'an itu dengan bahasamu supaya
mereka mendapat pelajaran.
Kemudian ayat-ayat tersebut disampaikan oleh rasul-rasul kepada
pengikut-pengikutnya, dan di jaman Rasulullah Muhammad ada pencatat wahyu
yaitu Zaid bin Tsabit, disamping beberapa orang yang menerima melalui
telinganya kemudian menghafalkannya.
Dari simbol bahasa ucapan, tersebut kemudian dirubahlah kedalam simbol
tulisan, yaitu tulisan Arab yang ditulis di batu-batu, kulit, tulang,
pelepah kurma dan sebagainya.
Sesudah Rasulullah wafat, kemudian atas inisiatif Umar dan Abubakar,
catatan-catatan tersebut disalin kedalam lembaran-lembaran yang dinamakan Al
Mushhaf.
Seandainya pada zaman itu sudah ada peralatan video, audio maupun komputer,
maka niscaya ayat-ayat tersebut akan direkam dalam media tersebut, bahkan
mungkin tidak perlu lagi tulisan di atas kertas.
Allah menurunkan wahyu berupa simbol-simbol perkataan secara ghaib, kemudian
memberinya pengertian (hikmah) bagi para penerima wahyu tersebut, kemudian
memberinya petunjuk kepada mereka bagaimana melaksanakan hukum-hukum dalam
ayat-ayat tersebut (adanya kitab, hikmah dan kenabian).
Dalam ayat-ayat Al Quraan terdapat banyak sekali simbol-simbol atau
perumpamaan-perumpamaan, baik berupa ayat-ayat yang mutasyaabihaat maupun
ayat-ayat muhkamaat, yang memerlukan hikmah ataupun penjelasan dari Yang
Maha Mengetahui, bahkan juga diperlukan petunjukNya.
Kadang-kadang seseorang mengira bahwa mereka telah menerima petunjuk Allah,
padahal mereka baru menerima simbol-simbolnya saja.
Seorang mahasiswa kedokteran membeli buku tentang anatomi tubuh manusia, dia
baru membeli satu simbol. Kemudian dia membacanya tanpa tidak peduli dia
mengerti atau tidak, maka dia baru baca simbol-simbol lain berupa tulisan.
Kemudian dia membaca satu simbol "mata" dengan uriannya. Diapun baru
mengerti arti kata mata karena uraian yang ada. Kemudian dia diajar oleh
dosen tentang mata, dengan segala peragaan yang ada, dan mungkin dengan
mengoperasi mata. Barulah dia benar-benar mengerti apa mata itu, dan diapun
memahami manfaat dari simbol-simbol yang ada di buku yang ia baca.
Dari salah satu ayat berikut Allah telah memberikan perumpamaan - simbol:
***7:176***
176. Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan
(derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia
dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti
anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu
membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah
perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka
ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir.
Orang yang cenderung kepada kehidupan dunia dan mengikuti hawa nafsunya yang
rendah, disimbolkan sebagai anjing. Diberi peringatan atau tidak diberi
peringatan dia tetap menjulurkan lidahnya, dia tidak mau diberi peringatkan
sedikitpun. Jadi begitu rendahnya di hadapan Allah, orang-orang yang condong
dengan kehidupan duniawi, disejajarkan dengan anjing. Padahal manusia
diciptakan oleh Allah sebagai mahluk setinggi-tingginya, tetapi karena
mengikuti hawa nafsunya yang hina maka dia tidak lebih dari seekor binatang.
Kalau seseorang membaca simbol-simbol yang ada pada kitab-kitaNya dengan
tidak mau mendapatkan pemahaman (hikmah) dan memperoleh petunjukNya, maka
Allah telah menyimbolkan sebagai:
***8:22***
22. Sesungguhnya binatang (makhluk) yang seburuk-buruknya pada sisi
Allah ialah; orang-orang yang pekak dan tuli yang tidak
mengerti apa-apapun.
Kemudian sebaliknya bagi orang-orang yang telah diberi pemahaman tetapi
tidak mau mengikuti petunjuk Allah, maka merekapun disimbolkan sebagai:
***62:5***
5. Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat,
kemudian mereka tiada memikulnya adalah seperti keledai
yang membawa kitab-kitab yang tebal. Amatlah buruknya perumpamaan
kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah itu. Dan Allah tiada
memberi petunjuk kepada kaum yang zalim.
***5:60***
60. Katakanlah: "Apakah akan aku beritakan kepadamu tentang
orang-orang yang lebih buruk pembalasannya dari (orang-orang fasik)
itu disisi Allah, yaitu orang-orang yang dikutuki dan dimurkai
Allah, di antara mereka (ada) yang dijadikan kera dan babi
dan (orang yang) menyembah thaghut ?". Mereka itu lebih buruk
tempatnya dan lebih tersesat dari jalan yang lurus.
***7:166***
166. Maka tatkala mereka bersikap sombong terhadap apa yang
dilarang mereka mengerjakannya, Kami katakan kepadanya: "Jadilah
kamu kera yang hina.
Demikian juga tentang kenikmatan di hari akhir nanti, yang disimbolkan
dengan kesenangan surgawi, dimana kenikmatannya disimbolkan dengan satu
titik air dibanding dengan tujuh lautan, adalah merupakan gambaran betapa
kenikmatan di dunia ini dibanding dengan kenikmatan di akhirat tidak ada
apa-apanya.
Mudah-mudahan kita tidak menjadi orang-orang yang hanya tahu simbol-simbol
saja, tetapi mendapatkan hikmah dan petunjuk dari kitab yang kita terima,
dan tidak menjadi orang-orang yang dihinakan Allah seperti ayat-ayat
tersebut di atas.
***10:100***
100. Dan tidak ada seorangpun akan beriman kecuali dengan izin
Allah; dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang
tidak mempergunakan akalnya.
Wallahu a'lamu bishawab,
Wassalam,
Saya yang bodoh,
Ahmad Zubair
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
berkomentar menggunakan bahasa indonesia yang baik dan benal