Begitu m0lekkah jiwa sunyiku???

Radang kelabu kian menimbun pekat
Menelan patahan bangunan runtuh yang menindihku semenjak lingsir hampiri hari
Terse0k aku terper0s0k
Amblas memudar dalam kelabu
Sendu membungkam
Menggelitik sendi yang ku paksa tegar
Namun rapuh begitu erat merayap
Melahap perlahan hingga sisakan tepungan berbuih yang pedihkan sukma
Tikam menikam belati darah
Anyir menyebar amis menggeluti
Sekujur tubuh berasa remuk
Tampak nanah mendidih menusuk indra
Pecah sudah pecah tanggul keriputku yang kubuat dengan pecahan mimpi yang tak bersemi dalam hari
Tinggal belulang kering meringis
Genggam geraham
Kunyah sang radang
Bena gemuruh perih menghampar dalam setapak pijakan yang perlahan menelan, lasakkan tubuh dalam bara nyeri
Terper0s0k sudah amblas . . .
Pertiwi lara begitu bernafsu menggumuli sukmaku
Cicipi jiwa letihku telusuri asa dalam gelagap mimpi,
Tak pernah ku pahami . .
begitu m0lekkah jiwa sunyiku hingga lara enggan menepi dan perih begitu menikmati inci demi inci luka yang terpatri??
Atau memang selalu pantaskah raga tertikam perih sukma tersakiti dalam cinta, terjebak dalam radang kelabu? gigil gemeletuk menahan sakit tubuh ringkih ini menahan dahan rapuh yang membebani sakit begitu menikmati hingga aku pun terkulai mati dalam cumbuan perih mimpi dan luka hati


By Akhir bias jingga/ Ike Zhe Senja

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

berkomentar menggunakan bahasa indonesia yang baik dan benal