P E M I M P I N

Alhamdulillah, hanya Allah Yang Maha Mulia dan Maha Benar Yang patut kita

sembah, Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Marilah kita awali diskusi ini dengan membaca ayat berikut:

***7:3***

3. Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah

kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya [Allah]. Amat sedikitlah kamu

mengambil pelajaran (daripadanya).

Kemudian kita hubungkan dengan hadits Rasulullah: Barang siapa yang

berpegang kepada Al Kitab (Quraan) dan sunah-sunah Rasul maka tidak akan

tersesat.

Dari ayat Al Quraan dan hadits tersebut jelas, bahwa pemimpin yang patut

diikuti adalah Allah, dan kepemimpinanNya diwujudkan dala Al Quraan yang

diturunkan melalui utusanNya Malaikat Jibril.

Agar supaya kepemimpinan Allah tersebut dapat diterima oleh mahlukNya, maka

diutuslah utusan-utusan yang diberi tugas untuk menyampaikan. Utusan-utusan

itu bisa berupa Malaikat maupun manusia.

***22:75***

75. Allah memilih utusan-utusan-(Nya) dari malaikat dan dari

manusia; sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.

Tugas utusan itu menyampaikan dengan hak, tanpa ditambah atau dikurangi,

atau ditafsirkan sekehendak hatinya:

***5:99***

99. Kewajiban Rasul tidak lain hanyalah menyampaikan, dan Allah

mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan.

***36:17***

17. Dan kewajiban kami tidak lain hanyalah menyampaikan (perintah

Allah) dengan jelas".

***7:181***

181. Dan di antara orang-orang yang Kami ciptakan ada umat yang

memberi petunjuk dengan hak, dan dengan yang hak itu (pula) mereka

menjalankan keadilan.

Jadi pada hakikatnya para Rasulullah diberi tugas untuk menyampaikan

kepemimpinan Allah, yang semuanya dituangkan dalam KitabNya dan dicontohkan

oleh Rasulullah sebagai sunahnya. Mereka menjalankan kepemimpinan Allah,

bukan menuruti kemauan mereka sendiri tetapi selalu dituntun, dibimbing,

dipedomani, dikendalikan oleh ayat-ayat / wahyu Illahi.

Sebagai umat Islam yang mengimani ayat-ayatNya, mau tidak mau kita harus

berpedoman kepada ayat-ayat Al Quraan yang telah dicatat/disalin di dalam Al

Mushhaf.

Ayat-ayat tersebut merupakan aturan - hukum - peringatan lengkap dengan

perumpamaan dan contoh-contoh orang-orang yang terduhulu. Ada ayat hukum ada

ayat penjelasannya.

***27:1***

1. Thaa Siin (Surat) ini adalah ayat-ayat Al Quraan, dan (ayat-ayat) Kitab

yang menjelaskan.

Jadi menurut Qs 7:3 di atas, tidak ada pilihan lain dalam mengambil

pimpinan, kecuali Allah sendiri yang sistem - prosedur - hukum - contoh

pelaksanaannya sudah diturunkan melalui Muhammad saw.

Kalau kita konsekwen mengikuti ayat tersebut, maka tidak akan ada lebih dari

satu pimpinan yang harus kita ikuti sebagai umat muslim.

Namun dalam kenyataannya, bahwa semua mahluk lebih suka mengambil pimpinan

di antara mereka sendiri, bahkan lebih sempit lagi mengambil pimpinan dari

golongan mereka sendiri. Singa akan mengambil pimpinan diantara singa-singa

yang ada, tetapi kadang singa-singa itupun berkelompok-kelompok dan memilih

pemimpin diantara kelompoknya.

Sebagai mahluk Allah kita harus memilih pimpinan tunggal dan tertinggi yaitu

Allah sendiri dengan Al Quraan dan sunah Rasul sebagai pedoman. Kalau kita

memilih pemimpin selain Allah dapat membawa dampak perpecahan, kultus, dan

bergolong-golongan dalam beragama.

***42:14***

14. Dan mereka tidak berpecah belah, kecuali setelah datang pada

mereka ilmu pengetahuan, karena kedengkian di antara mereka. Kalau

tidaklah karena sesuatu ketetapan yang telah ada dari Tuhanmu

dahulunya (untuk menangguhkan azab) sampai kepada waktu yang di-

tentukan, pastilah mereka telah dibinasakan. Dan sesungguhnya orang-

orang yang diwariskan kepada mereka Al-Kitab (Taurat dan Injil)

sesudah mereka, benar-benar berada dalam keraguan yang menggoncangkan

tentang kitab itu.

Setelah mereka mengimami seseorang karena ilmu yang dimiliki, kemudian

mereka merasa yakin bahwa yang paling benar adalah imamnya, maka akibatnya

muncullah suatu kelompok golongan, yang dengan tidak sadar membangun

perpecahan diantara umat Islam. Akibatnya timbullah golongan-golongan yang

memuja pemimpinnya, bahkan golongannya sendiri.

***30:31***

31. dengan kembali bertaubat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta

dirikanlah shalat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang

mempersekutukan Allah,

***30:32***

32. yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan

mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa

bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.

Maka patutkah kita di dalam beragama memilih pemimpin sesama manusia yang

dapat melakukan kesalahan, apalagi menimbulkan perpecahan diantara umat

Islam. Pemimpin kita adalah Allah, pedoman kita Al Quraan dan Hadits.

Sebagai suatu kelompok bangsa, kita memilih pemimpin diantara bangsa kita,

sesuai dengan kepetingan kita mendirikan negara.

Kita telah memiliki presiden dua kali, tetapi ternyata telah membawa petaka

kepada kita semua, karena kita sangat condong kepada pemimpin-pemimpin

tersebut, bahkan tidak jauh dari kultus individu. Seandainya saja yang

menjadi pemimpin tertinggi dalam suatu negara bukannya manusianya, tetapi

hukum-hukum negara, undang-undang, dan peraturan-peraturan yang diciptakan

bersama, apalagi dilandasi dengan peraturan-peraturan Illahi, maka kita

terpuruk mengikuti hawa nafsu para pemimpin kita. Ternyata kalau kita

melihat berbagai bangsa di dunia ini, kalau berkepemimpinan kepada manusia,

bukan kepada undang-undangnya, atau kesepakatan bersama diantara bangsa

tersebut, maka kesudahannya kebanyakan kehancuran, apalagi kalau pemimpinnya

tidak mau mentaati undang-undang dan hukum-hukum yang berlaku.

Di dalam rumah tangga dan keluarga kita juga memiliki pemimpin yang berupa

suami. Seandainya si suami tidak mengikuti aturan-aturan yang ada sebagai

suami, maka niscaya rumah tangga tersebut akan hancur. Sebaliknya kalau

suami mematuhi hak-hak dan kewajiban dia sebagai suami maka rumah tangganya

pasti berjalan dengan baik.

***25:74***

74. Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami

isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami),

dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.

Wassalam,

Saya yang bodoh,

Ahmad Zubair

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

berkomentar menggunakan bahasa indonesia yang baik dan benal