AL FAATIHAH

ayat ke-6 dan -7

" Tunjukilah kami jalan yang lurus, yaitu jalan orang-

orang yang telah engkau anugerahkan ni'mat kepada

mereka, bukan jalan mereka yang dimurkai dan bukan

pula jalan mereka yang sesat "

Dalam terjemahan depag kata "tunjukilah" (ihdina) yang berasal

dari kata "hidayaat" juga mempunyai makna memberi taufik.

Orang-orang yang dianugerahkan ni'mat, dijelaskan dalam surat

An Nisaa':69,

" ...orang-orang yang dianugerahkan ni'mat oleh Allah yaitu;

nabi-nabi, para shiddiiqiin (yang amat teguh kepercayaannya

kepada kebenaran Rasul), orang-orang yang mati syahid, dan

orang-orang yang sholeh ",

sedang mereka yang dimurkai dan mereka yang sesat dalam catatan

kaki terjemahan depag dimaksudkan sebagai semua golongan yang

menyimpang dari ajaran Islam.

Ayat penutup dari ummul Qur'an ini, yang selalu kita baca

saat shalat, merupakan do'a dan permohonan kita pada Allah Aza

Wa'zala, agar Dia menunjuki kita jalan para nabi dan para shiddi-

qiin, para syuhada dan para sholihin, jalan yang lurus menghadap

Allah, jalan yang mulia, jalan yang telah ditempuh Ibrahim AS,

Isa putra Maryam, dan Muhammad SAW. Jalan seperti apakah ini ?

Jalan para nabi Allah adalah jalan yang mendaki lagi sukar,

jalan yang banyak mengeluarkan banyak keringat dan darah, jalan

yang penuh dengan celaan dari orang-orang yang suka mencela,

jalan yang penuh fitnah dan dengki dari orang-orang yang suka

memfitnah, jalan dimana makar, caci-maki, teror, tekanan, hasutan,

dan bujuk-rayu menyesatkan merupakan duri-duri yang merealitas.

Jalan yang bukan saja kelaparan, kedinginan, dan kesengsaraan-

kesengsaraan lain menghadang, namun juga jalan dimana was-was

menyusup menikam hati dan mencekam jiwa. Jalan yang diliputi

dengan perjuangan dan pengorbanan panjang, kesengsaraan dan

penderitaan yang meletihkan jiwa, serta cobaan yang datang bertubi-

tubi, sehingga dapat membuat jiwa bimbang, perasaan putus asa,

dan hati menjadi goncang. Sebagaimana dilukiskan surat

Al Baqarah:214,

"...Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan serta digun-

cangkan dengan bermacam-macam ujian sehingga berkatalah Rasul

dan orang-orang beriman bersamanya, ' Bilakah datangnya per-

tolongan Allah ?' Ingatlah sesungguhnya pertolongan Aallah itu

amat dekat "

Bayangkan ! betapa berat goncangan dan kesengsaraan dalam jalan

ketaqwaan ini, sehingga Rasul dan para shiddiqiin, yang yakin akan

kebenaran Rasul, sampai berkata " Bilakah pertolongan Allah ?"

" Kapan pertolongan Allah datang ?".

Itulah jalan yang lurus, jalan yang kita mohonkan pada Allah,

agar kita dianugerahkan untuk menapakinya. Do'a ini kita ulangi

terus-menerus dalam shalat-shalat kita dengan lancardan kesadaran

penuh, dengan sungguh-sungguh. benarkah kita telah sungguh-sungguh

dan dengan penuh kesadaran ingin mengarungi jalan itu ? Fahamkah

kita akan tajamnya duri di jalan itu ?

Islam, agama ini hanya memiliki satu jalan, jalan yang lurus,

jalan ketaqwaan, jalan yang mengajak manusia untuk memerdekakan

diri dari setiap ikatan yang tak bersumber pada ikatan ilahiah,

jalan yang mengajak manusia untuk memberikan loyalitas penuh

kepada Rabb, Khalik, dan Malik manusia. Jalan yang memuliakan

manusia dan kemanusiaan, jalan yang menihilkan penghambaan manusia

atas manusia, penghambaan manusia atas hawa nafsu, jalan yang

aktif dan penuh motivasi, bukan jalan orang-orang yang mudah

menyerah. Agama ini mengajarkan partisipasi aktif di dalam pene-

gakkan nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan beradab serta

mengembalikan perikemanusiaan seluruhnya dari kelenyapannya.

Agama ini mengajarkan manusia untuk hidup dalam masyarakatnya,

mengarahkan, dan berjuang untuk terus-menerus menentang arus yang

mengarahkan pada kesesatan dan kerendahan. Inilah tugas kekhalifahan

di bumi, tugas untuk hanya membesarkan nama Allah dan tidak nama

selain Allah, tugas untuk hanya meninggikan nama Allah dan tidak

yang lain, tugas untuk menjadi hamba, budak tak berharga, tugas

untuk menjadi prajurit pembela agama Allah, pembela agama Allah

hingga air mata menjadi kering, keringat menjadi asin, darah menjadi

putih, pembela agama Allah dan mencari ridla Allah, meski sejuta

orang menyatakan kita bodoh dan tak faham zaman. Inilah jalan yang

lurus jalan para nabi dan shiddiiqiin.

Melepaskan diri dari tantangan dan hambatan, menghindar dari

jalan yang terjal lagi mendaki amatlah mudah dan tidak sulit.

Mengurung diri atau bertapa serta segala panteisme lain bukanlah

khas agama ini. Agama ini penuh dengan sifat kepemimpinan, tampil

kedepan, dan perjuangan, agama yang menilai tinggi usaha/ikhtiar/

perjuangan. Agama yang siap menghadapi tantangan dan bukan lari

dari medan laga kesengsaraan. Agama ini bukan agama untuk kaum

pengecut atau pemberani gaya Don Quisot (yang tanpa perhitungan),

namun agama yang telah dirancang Allah untuk ummat pilihan, yang

akan meberi rakhmat kepada alam. Inilah agama yang lurus, agama

Ibrahim AS, Agama Isa putra Maryam, dan agama Muhammad SAW.

Ya Allah, tunjukilah kami jalan yang lurus, jalan orang-orang

yang engkau beri ni'mat, bukan jalan orang-orang yang dimurkai

dan sesat. Tunjukillah kami jalan ketaqwaan, jalan yang Engkau

ridhai. Kuatkanlah hati kami untuk menapakinya, mantabkanlah

hati kami, dan masukanlah kami ke dalam golongan para shalihin,

amien.

wallahu a'lam bishowab

wassalam,

abu zahra

keywords: jalan yang lurus, jalan para nabi dan shiddiiqiin.

------------

tarbiyah@isnet.org

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

berkomentar menggunakan bahasa indonesia yang baik dan benal